-->

Iklan Billboard 970x250

Politisi dan Ekonom Dajjal

Iklan 728x90

Politisi dan Ekonom Dajjal

Kata ad-Dajjal disarikan dari ucapan orang Arab (دَجَلَ الْبَعِيْرَ), maknanya ialah dicat dengan tertutupi dan menutupi dengannya. Asal dari kata (الدَّجَلُ) ad-Dajalu adalah mencampuradukkan, dikatakan “دَجَلَ إِذَا لَبِسَ وَمَوَّهَ” maknanya adalah merancukan dan mengaduk-aduk, Jadi, Dajjal adalah orang yang merancukan, penipu atau pendusta.

Menipu adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengalihkan, mengecohkan, menyamarkan, membiaskan suatu kebenaran. Para "Ekonom & Politisi" (baik yang di Istana maupun Parlemen) senantiasa membohongi publik bahwa resesi dan depresi adalah bagian alami dari siklus bisnis. Namun kenyataan yang sebenarnya tidaklah seperti itu. Resesi dan depresi selalu terjadi bila Bank Sentral memanipulasi jumlah uang beredar, yang tujuan akhirnya adalah memastikan semakin banyak kekayaan yang ditransfer dari masyarakat ke tangan mereka (Bankir & Investor) termasuk bersama para Politisi & Elite Ekonom.

Hak pekerja hanyalah bekerja, tak perlu bertanya apa arti inflasi sebenarnya, & hak para politisi & ekonom adalah menyalahkan pedagang yang menaikkan harga barang dengan mempelintir arti inflasi sebagai akibat para pedagang menaikkan harga ketika para politisi menaikkan harga minyak & tarif listrik untuk "membayar bunga yang meningkat atas jumlah akumulasi hutang" yang harus di bayar dengan cara tipu daya kenaikan tarif sebagai kenaikan ongkos atau dengan cara mempelintir BPJS hasil pungutan uang-uang orang2 kaya untuk orang-orang miskin, kenyataannya di pungut dari kelas pekerja (kelas miskin juga). Toh orang-orang kaya akan menaikkan harga-harga tarif air dan makanan yang mereka jual untuk orang-orang miskin ketika pemerintah memungut uang dari mereka (orang-orang kaya).

Tapi jangan salah, para Politisi & Ekonom Setan ini "mendapat banyak dukungan" dari kelas sosial "Middle Class" yang merupakan relasi dalam sistem "pembagian lahan ekonomi" yang mereka pasti melindungi pekerjaan para politisi dengan membuat berita-berita GDP & kinerja pemerintahan yang bagus-bagus, seolah-olah memproduksi sesuatu fasilitas bagi klas pekerja padahal beban "inflasi" selalu di derita klas pekerja (poor class) dibanding para Middle Class (klas kontraktor & pengendali kapital properti & perkebunan besar) maupun Rich Class yang mengendalikan kapital-kapital global atau bekerja dalam sistem yang masih mendapat dukungan kenaikkan gaji, sehingga tak terpengaruh harga-harga & tarif yang naik. 

Mereka tak berbeda dengan Koruptor hanya dengan nama lain yang dipelintir sebagai "Malaikat Penyelamat Ekonomi". Padahal tak berbeda dengan iblis. Untuk para Middle Class yang masih mendukung model Pemerintahan boneka-boneka setelah Soekarno-Soeharto, persoalan moral mereka (para middle class) bisa diserahkan pada para poor class (klas pekerja, buruh maupun gelandangan) untuk menilai sendiri tentang tipu daya mereka atau kebodohan mereka karena tidak mengerti apa arti inflasi sebenarnya tapi masih menulis, "kinerja pemerintah bertambah baik" padahal para poor class tidak merisaukan masalah jembatan-jembatan baru, jalan-jalan baru, tapi merisaukan masalah tarif-tarif listrik & bbm, karena harus mengencangkan ikat pinggang, ditambah harga beras & air selalu naik. 

Bagi para middle class, harga bahan makanan yang naik & air naik, mereka tak risau karena mereka tinggal menaikkan harga-harga jual barang & jasanya dengan mudah, bagi kelas pekerja, mereka harus menderita 2 hal, pertama harus mengencangkan ikat pinggang & berpuasa demi menghemat uang gaji yang tidak naik untuk menyesuaikan tingkat kenaikan harga-harga yangg kedua dicaci maki para Middle Class pecinta para Penipu (Politisi & Ekonom sebagai Tuhan para Middle Class yang memberi kontrak) melalui media-media mereka sebagai orang yang kurang berterima kasih pada Tuhannya (Para Politisi). Padahal Politisi & Ekonom bukanlah Tuhan, melainkan DAJJAL!
Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar

Iklan Tengah Post

Iklan 300x250