Nageri Rempah Tapi Impor
Indonesia dengan anugerah alamnya yang indah, lautnya yang kaya, dan keberagaman etnisnya. Ismail Marzuki dalam lyrik lagunya “Indonesia Tanah-Air beta. Pusaka abadi nan jaya. Indonesia sejak dulu kala. Tetap dipuja-puja bangsa” menggambarkan Indonesia yang sejatinya adalah negara kepulauan terkaya. Negeri yang telah sejak dahulu dimpikan dan ingin dikuasai oleh orang asing, namun rasa persatuan dan persaudaraan antar etnis menjadikan Indonesia tetap utuh dalam satu lautan yang sama.
Karakter ini telah tumbuh jauh sejak akar generasi terdahulu. Ombak dan gelombang yang dinamis membuat masyarakatnya bersifat dan berpikiran dinamis juga. Laut juga berperan sebagai media komunikasi yang bersifat integratif, dengan kata lain walaupun tanpa diikat oleh kekuasan politik, masyarakat Nusantara sejak dahulu sudah menjalin interaksi.
Luasnya wilayah lautan maupun daratan serta ratusan Juta penghuninya belum mampu untuk memanfaatkan dan mengelola takdir Tuhan atas negeri ini. Kemiskinan kian bertambah mesti ekonomi dibilang meningkat, Kebutuhan akan pangan terus berkurang meski dibilang negeri ini Subur. Negeri yang dahulunya jadi rebutan bangsa Eropa untuk mencari rempah-rempah termasuk pala akan tetapi saat ini harus impor lada.
Banyak kebutuhan pangan yang harus dimpor karena tak sanggup lagi memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip, Jakarta, Kamis (3/8/2017), Indonesia melakukan impor beberapa komoditi pangan, seperti beras khusus, tepung terigu, gula pasir, daging jenis lembu, jenis lembu, garam, mentega, minyak goreng, bawang putih, lada, kentang, cabai kering tumbuk, cabai awet sementara, dan telur unggas.
Jika dijabarkan, jenis impornya dibawah ini baik mengalami kenaikan maupun penurunan:
Impor beras khusus di Juni 2017 sebanyak 36,3 ribu ton atau US$ 15,8 juta. Angka ini naik jika dibandingkan Mei 2017 yang sebesar 23,2 ribu ton atau US$ 10,0 juta. Jika diakumulasi dari Januari-Juni tahun ini mencapai 130,9 ribu ton setara US$ 65,5 juta, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor tepung terigu di Juni 2017 sebesar 1,8 ribu ton setara US$ 545,5 ribu, angka ini turun jika dibandingkan Mei tahun ini yang sebesar 4,5 ribu ton setara US$ 1,3 juta. Dari Januari-Juni 2017 mencapai 23,2 ribu ton atau US$ 6,9 juta, turun jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor gula pasir di Juni 2017 sebesar 3,7 ribu ton setara US$ 2,5 juta, angka ini turun drastis jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 40,7 ribu ton atau US$ 22,4 juta. Dari Januari-Juni tahun ini jumlahnya 53,9 ribu ton atau setara US$ 30,3 juta, naik jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor daging jenis lembu di Juni 2017 sebesar 11,6 ribu ton setara US$ 39,4 juta. Angka ini naik dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 11,0 ribu ton atau US$ 36,3 juta. Dari Januari-Juni tahun nilainya 75,5 ribu ton setara US$ 265,4 juta, naik jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor jenis lembu di Juni 2017 sebesar 10,9 ribu ton setara US$ 32,4 juta. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 14,3 ribu ton atau US$ 47,2 juta. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 71,3 ribu ton atau US$ 230,8 juta, turun jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor garam di Juni 2017 sebesar 253,8 ribu ton setara US$ 8,1 juta. Angka ini naik jika dibandingkan Mei 2017 yang sebesar 196,2 ribu ton atau US$ 6,8 juta. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 1,1 ribu ton setara US$ 39,5 juta, naik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor mentega di Juni 2017 sebesar 1,3 ribu ton setara US$ 7,8 juta. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 2,1 ribu ton atau US$ 12,0 juta. Dari Januari-Juni tahun nilainya 11,4 ribu ton atau US$ 59,5 juta, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor minyak goreng di Juni 2017 sebesar 1,9 ribu ton atau US$ 2,4 juta. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebesar 2,2 ribu ton atau US$ 2,6 juta. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 16,4 ribu ton setara US$ 18,9 juta, naik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor bawang putih di Juni 2017 sebesar 90,9 ribu ton setara US$ 109,9 juta. Angka ini naik jika dibandingkan Mei 2017 yang sebesar 36,6 ribu ton atau US$ 61,5 juta. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 251,8 ribu ton setara US$ 311,0 juta, naik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor lada di 2017 sebesar 23,1 ton setara US$ 141 ribu. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 96,6 ton atau US$ 240,2 ribu. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 599,0 ton atau US$ 3,2 juta, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor kentang di Juni sebesar 6,9 ribu ton atau US$ 3,0 juta. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 8,8 ribu ton atau US$ 4,0 juta. Dari Januari-Juni di 2017 nilainya 35,6 ribu ton atau US$ 15,9 juta, naik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor cabai kering tumbuk di Juni 2017 sebanyak 2,6 ribu ton atau US$ 3,1 juta. Angka ini turun jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 3,5 ribu ton atau US$ 4,4 juta. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 25,2 ribu ton setara US$ 31,3 juta, naik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor cabai awet sementara di Juni 2017 hanya 83,5 ton setara US$ 120,2 ribu. Angka ini naik jika dibandingkan Mei 2017 yang sebanyak 82,6 ton atau US$ 112,8 ribu. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 422,9 ton atau US$ 608,9 ribu, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Impor telur unggas di Juni 2017 sebesar 610 kg setara US$ 12,4 ribu. Angka ini naik tinggi lantaran di bulan sebelumnya tidak ada kegiatan impor telur unggas. Dari Januari-Juni 2017 nilainya 34,1 ton atau US$ 2,5 juta, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Mulai dari antar daerah bangkit dan kembangkan kembali akan potensi daerah kita, suatu wilaya yang kaya bukanlah sebagai trend senter dalam membangkitkan Kemajuan Indonesia akan hasil repah maupun sumber daya lautnya, tentu hasil rempah dan kemaritiman kita yang selama ini mengalami kemerosotan akan bangkit dan bersinar kembali.
Mari kita mulai dari lokal-lokal terkecil untuk menyulut aksi menuju ruang lingkup yang lebih besar, Indonesia. Kebangakitan maritim ini kita jadikan momentum sebagai satu langkah besar menuju perubahan Indonesia. Lewat laut kita belajar, dan lewat laut kita bangkit menuju negara maritim Nusantara. Dari laut Kita pernah Jaya dari laut pula kita akan merebut Kejayaan Bangsa.
Oleh: Mbah Salim
Pattaya
03 Agustus 2017
Baca Juga
Posting Komentar
Posting Komentar